MODEL RESPON PENYIMAK
Pengajaran sastra jika dilakukan secara benar, dapat memberikan sumbangan yang besar dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan dalam masyarakat. Bertitik tolak dari pernyataan tersebut, pengajaran sastra di sekolah, dari jenjang pendidikan dasar sampai tingkat lanjutan perlu dibina dan dikembangkan dengan baik. Selain secara jelas tercantum dalam kurikulum melalui butir-butir pembelajaran Bahasa Indonesia, pengajaran sastra juga memiliki kegunaan dan nilai-nilai pendidikan yang dapat berpengaruh bagi kehidupan siswa. Sastra dapat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap cara orang berpikir mengenai hidup, mengenai baik dan buruk, mengenai benar dan salah, mengenai bagaimana hidupnya sendiri serta bangsanya. Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh, meliputi empat manfaat; yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. Kenyataan menunjukkan, sampai saat ini, keluhan-keluhan terhadap hasil pengajaran sastra di sekolah belum juga terpecahkan. Sekalipun perbincangan yang membahas tentang permasalahan dan solusi terhadap keluhan pengajaran sastra tersebut telah banyak dilakukan, baik melalui forum-forum ilmiah, seperti seminar, lokakarya, dan sebagainya, maupun melalui kegiatan penelitian di lapangan. Kenyataan tetap menunjukkan bahwa hasil pengajaran sastra masih kurang menggembirakan. Ungkapan-ungkapan ketidakpuasaan pengajaran senantiasa diarahkan pada sasaran tudingan yang itu-itu saja, yaitu kurikulum, guru bahasa dan sastra, dan sarana (Sarumpet dalam Harna, 2003: 1). Kurangnya porsi kurikuler sastra sebagai bagian dari pelajaran bahasa, juga sorotan minimnya kesanggupan guru bahasa untuk menyajikan materi sastra melalui metode dan pendekatan yang sesuai dengan asas didaktik, serta kurangnya bahan bacaan sastra di sekolah-sekolah hanya merupakan penjabaran dari ketiga permasalahan di atas. Sebagai guru bahasa dan sastra, tentunya kita tidak akan hanya menjadikan ‘semua itu’ sekedar sebagai wacana pengajaran sastra di sekolah tanpa mencari solusi realitisnya. Sebagai penanggung jawab pertama terhadap kesenjangan yang terjadi, guru bahasa wajib mencari format yang reformatif terhadap pembelajaran sastra di sekolah. Saat ini, guru sudah selayaknya harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengidentifikasi permasalahan pembelajaran yang ada di kelasnya dan selanjutnya mencari serta menemukan sendiri solusinya. Guru bukan lagi sebagai objek penelitian atau penerima hasil penelitian serta mencobakan pembaruan. Berkembangnya dunia pendidikan, terutama berkembangnya teori psikologi kognitif serta kesadaran terhadap pentingnya peranan guru sebagai praktisi, anggapan “‘kelas’ hanya merupakan lapangan tempat uji coba teori yang digarap orang lain dan guru bukan sebagai peneliti, tetapi sebagai objek penelitian atau penerima hasil penelitian serta mencobakan pembaruan” harus diubah. Guru sebagai sosok praktisi dalam kegiatan mengajar dapat melakukan penelitian terhadap pelaksanaan tugasnya, baik secara sendiri maupun dengan bekerja sama dengan pihak lain yang dirasa penting, misalnya sesama guru mata pelajaran, kepala sekolah, ataupun dengan tim peneliti atau tim ahli pendidikan. Penelitian dilakukan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas, yaitu dengan cara melakukan tindakan untuk mencari jawaban yang bersifat reflektif atas permasalahan pembelajaran yang dihadapi dari kegiatan tugas sehari-hari. Demi menjawab keresahan dunia pendidikan diatas, buku ini hadir sebagai solusi kongkrit. Penyusunan buku ini, dilatarbelakangi dan diangkat dari buku penulis saat menempuh studi Magister Pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penulis berharap, buku ini dapat menjadi salah satu referensi penting dalam dunia pendidikan, khususnya pada bidang pembelajaran sastra. Di samping itu juga, buku ini diharapkan dapat bagi khalayak pembaca, para pemerhati sastra, guru, dosen, sekaligus mahasiswa yang menaruh perhatian terhadap pembelajaran sastra, sebagai bekal dalam memahami materi dan strategi pembelajaran sastra yang dapat dikembangkan dalam kegiatan proses belajar mengajar, dalam lingkup formal maupun non formal. Selamat membaca!