Teka-teki cinta
Mila adalah salah satu santri pondok pesantren Salafiyah Kajen. Ia merupakan santri yang Tahfidzul (menghafal) Qur’an sekaligus santri yang ikut Ndalem (membantu dan mengabdi pada pengasuh pondok. Mila sekolah di Madrasah Aliyah Salafiyah. Ia berangkat sekolah di siang hari. Karena keluguan, kecantikan budi pekerti, salah satu santri putra, Amin, jatuh hati padanya. Namun, Mila hanya menganggap Amin sebagai kakaknya. Mila juga tak memiliki perasaan apapun pada Amin selain hanya sebatas teman. Suatu hari, ia bertemu dengan Rizal yang tak lain adalah putra pengasuhnya. Pertemuan yang berakhir membuat keduanya saling jatuh cinta. Namun, ternyata ia telah dijodohkan dengan Rifa yang tak lain adalah saudara kembar Rizal. Pada akhirnya, Rifa pun mengalah. Ia lebih memilih mundur. Dan ia justru menyatukan Mila dan Rizal. Ia berpikir bahwa Rizal adalah laki-laki yang pantas untuk bersanding dengan Mila. Cinta memang tidak harus memiliki. Cukup melihat orang yang kita cintai bahagia, itu sudah membuat kita merasa senang. Walaupun orang tersebut bahagia bukan bersama kita. Cinta itu sulit ditebak, lebih tepatnya adalah hati. Karena hakikat hati yang Mudah terbolak balik, hari ini merasa senang lalu besok menjadi benci. Begitulah hati dan cinta, perpaduan keduanya yang sungguh eksotis…