Plawikan Mapan
Pada dasarnya, manusia memiliki potensi sebagai pemimpin; memimpin dirinya sendiri, dan bila telah berhasil, secara tidak langsung, bisa menjadi pemimpin bagi banyak orang dan memberi pengaruh positif terhadap lingkungan. Bagi seorang kepala desa, kemampuan memimpin harus disertai dengan ilmu pengetahuan yang memadai yang kemudian dapat dieksplorasi dan didedikasikan semata untuk kepentingan memajukan desa. Sebab, tak dapat dimungkiri, desa senantiasa membutuhkan inovasi terbaru agar mampu menyelaraskan diri dengan perkembangan zaman yang kian modern. Seorang kepala desa pun hendaknya memiliki komitmen untuk menjalankan pemerintahan yang bersih. Salah satunya, dengan mengedepankan pelayanan yang prima kepada masyarakat. Dengan komitmen tersebut, optimisme kerja pun terus tumbuh untuk membangun desa yang lebih baik lagi. Pada akhirnya, cita-cita pembangunan desa ‘mapan dan berkemajuan’ hanya akan terwujud manakala kolaborasi pemerintah desa dan masyarakat menjadi kekuatan bersama. Urgensi tersebutlah yang diperhatikan betul oleh Lilik Ratnawati, Kepala Desa Plawikan di Kabupaten Klaten. Tak hanya dikenal sebagai pemimpin perempuan yang gigih memperjuangkan Plawikan agar menjadi rumah yang nyaman dan aman bagi warganya, ia juga mendapatkan julukan “kepala desa milenial” karena usianya yang terbilang masih muda, pun senang bertukar pikiran dengan kalangan anak muda mengenai perubahan yang baik bagi Plawikan. Di sela kesibukannya, Lilik Ratnawati berinisiatif merefleksikan kiprahnya ke dalam sebuah buku yang ia tulis sendiri. Ia berkaca pada kepemimpinannya yang diwarnai gelombang pandemi Covid-19, yang telah menuntut dan menuntunnya untuk mengutamakan terjaminnya ketahanan pangan bagi Desa Plawikan di tengah situasi yang sulit. Maka dari itu, buku yang ia tulis banyak membahas isu ketahanan pangan desa. Buku ini ia beri judul Plawikan Mapan, konsepsi kepemimpinan sekaligus harapan dan doa bagi desa tercinta tempat ia mengabdi. Terlepas dari titelnya sebagai kepala desa, Lilik Ratnawati adalah seorang perempuan terpelajar. Melalui bukunya ini, ia bukan sekadar menuliskan pengalamannya—apa yang telah ia lakukan sejauh ini untuk Plawikan, melainkan juga menumbuhkan ide-ide kreatif tentang ketahanan pangan desa di masa depan sehingga dapat dijadikan referensi praktis bagi para pengembang desa di Indonesia.