Bali Membangun Bali Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018
Tidak terasa terbitan ini (Volume 1, Nomor 2, Agustus 2018) merupakan edisi kedua BALI MEMBANGUN BALI JURNAL BAPPEDA LITBANG. Setelah edisi perdana yang menurut beberapa sumber dalam dan luar lumayan sukses, kita harus “melanjutkan hidup”, untuk sustainabel, sesuai janji jurnal sejak awal. Tidak perlu merasa diri hebat dengan suksesnya terbitan perdana karena selanjutnya adalah tergantung pada diri sendiri. Rentang setelah Agustus menuju Desember 2018, Bali disuguhi sisa-sisa aktivitas praktik demokrasi dengan berlalunya Pilgub 2018 Bali bulan Juni. Bulan September 2018 akan ada pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur baru: I Wayan Koster dan Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati. Bahkan suasana umum kepolitikan, tidak saja di Bali tetapi juga di Indonesia, tampak semakin hangat dengan bakal digelarnya Pilpres tahun depan (2019). Apa pun, yang penting adalah segala sesuatunya berlangsung kondusif dan masyarakat bisa melakukan aktivitasnya dengan aman, tenang, dan damai. Persoalannya bagi BMB adalah bagaimana di edisi kedua dan edisi-edisi selanjutnya agar ia disayangi: terus dibaca dan ditunggu-tunggu para pembacanya. Untuk kepentingan itulah BMB kali ini ingin memotret demokrasi dan kepemiluan yang coba dihubungkan dengan kependudukan di Bali. Tulisan tentang kependudukan tidak langsung dihubungkan dengan tulisan demokrasi dan kepemiluan tetapi pembaca dapat memaklumi bahwa alam demokrasi bergantung pada aspek-aspek demografis, termasuk dalam hal jumlah. Setidaknya persoalan jumlah pemilih diasumsikan berpeluang memengaruhi menang-tidaknya peserta Pemilu dalam kontestasi politik. Ada dua artikel terkait demokrasi dan Pemilu, yaitu “Dilema Demokrasi Elektoral” (I Nyoman Wiratmaja) dan “Proses Demokrasi melalui Pilkada yang Berkualitas menuju Pemimpin Bali” (Dewa Putu Mantera). Baru setelah itu terdapat “Bertumbuhnya Penduduk Bali Pasca-Reformasi (1998) dan Faktor-faktor Penyebabnya” (I Wayan Sudana). Tulisan ini secara agak khusus menelisik keadaan pasca Reformasi (1998). Sustainabilitas Bali bagaimana pun bergantung pada sustainabilitas alam, manusia, dan budayanya. Karenanya, BMB kali ini menampilkan “Kebertahanan Subak di Era Globalisasi” (Wayan Windia) dan “Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dalam Mendukung Pelestarian Subak” (Made Putra Suryawan). Seperti edisi sebelumnya, jurnal ditutup dengan MULAT SARIRA yang kali ini membahas tentang persoalan kependudukan Bali. Di luar itu, sustainabilitas alam, manusia, dan budaya Bali adalah juga sustainabilitas BMB