Trajectory Visi Kemanusiaan Sarjana NU
Karya ini lahir dari keprihatinan dan semangat untuk berkontribusi aktif dalam pembangunan bangsa dan peradaban dunia. Di era globalisasi, industrialisasi dan perkembangan teknologi digital yang semakin pesat, masyarakat Indonesia dihadapkan pada tantangan yang tidak mudah diatasi. Isu-isu seperti radikalisme, kesenjangan sosial, kerusakan lingkungan, dan pergeseran nilai-nilai tradisional menuntut respons yang bijaksana dan strategis. Sebagai contoh, menurut data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), hingga tahun 2022 terdapat peningkatan aktivitas radikalisme di media sosial, yang mencapai 600 ribu konten bermuatan ekstremisme. Hal ini menunjukkan bahwa radikalisme masih menjadi ancaman serius bagi keamanan dan keutuhan bangsa. Di bidang sosial ekonomi, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan pada Maret 2022 mencapai 9,54%, setara dengan 26,16 juta orang. Angka ini mencerminkan perlunya upaya bersama dalam mengatasi ketimpangan sosial dan ekonomi yang masih tinggi. Dalam hal lingkungan, Indonesia menghadapi tantangan serius terkait deforestasi dan degradasi ekosistem. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melaporkan bahwa deforestasi netto Indonesia tahun 2021-2022 adalah sebesar 104 ribu ha. Kerusakan lingkungan ini mengancam keanekaragaman hayati dan kehidupan masyarakat yang bergantung pada sumber daya alam. Buku ini menggali dan mengelaborasi visi kemanusiaan NU yang mengedepankan nilai-nilai universal Islam. Sejak didirikan pada tahun 1926, NU selalu menekankan pentingnya kemaslahatan umat secara global. Hal ini tercermin dalam tema Muktamar Satu Abad NU, "Merawat Jagat, Membangun Peradaban", yang menegaskan komitmen untuk mewujudkan kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh umat manusia. NU, meskipun berakar pada tradisionalisme, selalu menunjukkan sikap kosmopolitan dan inklusif. Misalnya, pada tahun 1926, NU melalui Komite Hijaz mengajukan permohonan kepada Raja Ibnu Saud untuk menjaga kebebasan bermadzhab di Tanah Suci. Meskipun mayoritas warga NU bermazhab Syafi'i, keterbukaan terhadap penganut mazhab lain selalu dijunjung tinggi, hal ini menunjukkan komitmen NU terhadap persatuan umat Islam. Dalam era digital, NU berupaya memanfaatkan teknologi sebagai sarana dakwah dan pemberdayaan umat. Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2022, pengguna internet di indonesia mencapai 210 juta orang, atau sekitar 77% dari total penduduk. Potensi ini dimanfaatkan oleh NU melalui berbagai program digital. Dalam upaya mendigitalisasi administrasi dan layanan, Nahdlatul Ulama (NU) meluncurkan beberapa platform digital terbaru, seperti Digdaya Persuratan NU, yang merupakan aplikasi untuk mempermudah pengelolaan surat-menyurat di lingkungan NU dengan fitur tanda tangan elektronik dan stempel digital (Digdaya NU). Selain itu, NU Online Super App menghadirkan berbagai fitur layanan digital, mulai dari berita keagamaan, informasi NU, hingga marketplace UMKM berbasis NU (NU Online). Kedua aplikasi ini merupakan bagian dari upava besar NU dalam beradaptasi dengan era digital dan memfasilitasi umat.