Search

REDD+ interventions can help both people and forests adapt to climate change by conserving or enhancing biodiversity and forest ecosystem services. However, additional adaptation measures might be needed, such as the protection of agriculture and livelihoods and the development of fire management strategies. Such measures could support the sustainability of REDD+ interventions and the permanence of carbon stocks by preventing activity displacement and induced deforestation and by limiting or avoiding damage to the ecosystem from extreme weather events. To design community-based adaptation interventions and assess their potential outcomes within the Community Forest (Hutan Desa) REDD+ project area in Setulang Village, Malinau District, Kalimantan,village representatives were involved in a bottom-up, stakeholder-focused process. A social return on investment framework was applied. Community members discussed climate and non-climate challenges and the effectiveness of their current coping strategies. Adaptation interventions were then conceived and planned, using future visioning exercises. Two interventions were prioritized: development of rattan handicraft enterprises and rubber agroforestry. Challenges and adaptation interventions were also discussed with stakeholders from relevant district organizations (e.g. local government agencies) through individual semi-structured interviews. Projected future climate scenarios, the sensitivity of key resources and adaptive capacity were also discussed. This resulted in a holistic understanding of the costs, benefits, opportunities and challenges associated with implementing the selected adaptation strategies not only in the target area, but also in the district more broadly. The Community Forest (Hutan Desa) project in Setulang, Malinau, is facilitated by the FORCLIME programme of the Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH. This study was conducted by CIFOR in collaboration with the GIZ, with a grant from the Federal Ministry for Economic Cooperation and Development (BMZ) Germany.

Intervensi REDD+ dapat membantu masyarakat dan hutan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim melalui melestarikan dan menguatkan jasa keanekaragaman hayati dan ekosistem hutan. Namun, sejumlah tindakan adaptasi tambahan mungkin diperlukan, seperti perlindungan bagi pertanian dan penghidupan serta pengembangan sejumlah strategi pengelolaan kebakaran. Berbagai tindakan ini dapat mendukung keberlanjutan intervensi REDD+ dan kepermanenan cadangan karbon dengan mencegah kegiatan yang merugikan dan memicu deforestasi serta dengan membatasi atau menghindari kerusakan ekosistem dari kejadian iklim ekstrem. Untuk merancang intervensi adaptasi berbasiskan masyarakat dan mengukur keluaran potensialnya pada Hutan Desa dalam wilayah proyek REDD+ di Desa Setulang, Kabupaten Malinau, Kalimantan, para perwakilan desa dilibatkan dalam suatu proses partisipatif, yang berfokus pada para pemangku kepentingan. Suatu kerangka kerja rentabilitas sosial diterapkan. Para anggota masyarakat mendiskusikan berbagai tantangan iklim maupun noniklim dan sejauh mana keefektifan strategi mereka saat ini dalam menghadapinya. Intervensi adaptasi kemudian disusun dan direncanakan, dengan menggunakan latihan-latihan melihat ke masa depan (visioning). Dua intervensi dijadikan prioritas: pengembangan usaha kerajinan tangan rotan dan wanatani karet. Berbagai tantangan dan adaptasi dari intervensi juga dibahas dengan para pemangku kepentingan dari organisasi tingkat kabupaten yang bersangkutan (misalnya, dinas pemerintah setempat) melalui wawancara semiterstruktur secara perorangan. Prakiraan skenario masa depan, sensitivitas sumber daya utama dan kapasitas adaptif juga didiskusikan. Proses ini menghasilkan sebuah pemahaman yang menyeluruh tentang biaya, manfaat, peluang dan tantangan yang berkaitan dengan implementasi sejumlah strategi adaptasi yang terpilih, tidak hanya di wilayah yang ditargetkan, namun juga secara lebih luas di wilayah kabupaten. Proyek Hutan Desa di Setulang, Malinau ini difasilitasi oleh program FORCLIME oleh Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ GmbH). Studi ini dilaksanakan oleh CIFOR bekerja sama dengan GIZ, dengan hibah dari Kementerian Federal untuk Kerja sama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ) Jerman.