RULE MODEL KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA
Nusantara dihuni oleh beragam suku, ras, bangsa, budaya, dan agama. Wabil khosh agama, dimana entitas ini selalu tampil dalam bentuk plural, baik kepluralan pada bentuk pemikiran, budaya, maupun ajaran-ajaran agamanya. Sifat agama yang plural tersebut tak selamanya membawa berkah. Ia kerap kali memunculkan gesekan-gesekan kepentingan yang mengarah pada situasi tegang, bahkan berujung konflik antaragama. Masing-masing agama berupaya mempertahankan identitas, termasuk cara pandang ideologi yang dipahami. Dengan lain kata, bahwa sifat kelompok pemeluk agama di Indonesia cenderung doktrinal dan fanatis. Buku ini hadir sebagai sumbangsih pemikiran ilmiah yang sarat dialektika keilmuan, mulai dari yang bersifat teoretis sampai empiris. Uraiannya berupa karya kombinatif yang menyandingkan antara teoretis dengan aktualisasi empiris, dengan memotret fenomena kerukunan umat beragama umat muslim-etnis Tionghoa (khususnya di pusat Kota Kediri), yang menggambarkan fenomena damai (peacebuilding). Lebih menarik lagi, buku ini dilengkapi dengan seri kajian unik dan konstruktif, yakni nilai kerukunan yang disepakati secara nasional dan global sebagai prinsip nilai fundamental seluruh sisi model kerukunan dan resolusi konflik agama, yang populer disebut “Trilogi Kerukunan”. Pada bagian ini, Trilogi Kerukunan benar-benar ditampak-nyatakan dalam kehidupan nyata. Sehingga, buku ini benar-benar dapat menjadi acuan model kerukunan beragama secara nasional.