Radikalisme dianggap sebagai proses individu berkiblat kepada ekstremisme. Mereka menggunakan, membela dan mempromosikan diri dengan diksi-diksi kebencian dan cara-cara kekerasan untuk mewujudkan tujuannya.
Di tengah semakin terbukanya panggung infiltrasi radikalisme via media sosial, terlihat upaya counter point melalui pengarusutamaan moderasi beragama. Upaya merebut panggung terlihat tidak mudah. Tarik menarik antara dirkursus radikalisme versus moderasi beragama tak terelakkan. Tak sedikit pula, perang statemen antar pengguna media sosial melibatkan akun-akun anonim dan buzzer yang tidak jelas foto profil dan identitas akunnya.
Buku persembahan penerbit PenaCendekiaPustaka
#PenaCendekia