Sepanjang dua dekade terakhir, Lampung Tengah pernah mengalami berbagai konflik sosial yang bernuansa SARA. Tercatat lebih dari 17 kali konflik terjadi. Yang paling parah adalah dibakarnya lebih dari 40 rumah oleh massa di desa Tanjung arapan, Anak Tuha, Lampung Tengah. Yang perlu mendapat perhatian adalah, hampir semua konflik menempatkan etnik Lampung dan Jawa, dua komunitas etnis mayoritas di Lampung Tengah, secara berhadapan.
Buku yang Anda pegang ini mengurai akar konflik sosial yang terjadi di Lampung Tengah. Dari kajian mendalam, ditemukan bahwa konflik sosial ini bukanlah semata-mata konflik antar-etnis karena tidak menerima pendatang sebagaimana dipahami selama ini. Akar konflik ternyata adalah tindakan kriminalitas yang tidak ditindak tegas oleh aparat hukum. Akibatnya, warga tidak percaya kepada aparat dan hukum. Warga etnik Jawa kemudian mengorganisir diri dalam paguyuban dan melakukan tindakan main hakim sendiri terhadap pelaku kriminalitas.
Tindakan ini yang beberapa di antaranya berujung pada hilangnya nyawa pelaku kriminal kemudian memicu solidaritas dari etnik Lampung yang melakukan pembalasan. Ujungnya, konflik antar kelompok etnik tidak bisa dihindarkan dan menelan korban puluhan rumah, ratusan warga luka, bahkan ada yang sampai meninggal dunia. Buku ini menguraikan bagaimana proses tersebut terjadi secara kronologis dengan pendekatan social function untuk memetakan akar, geneologi, identitas etnik, dan menawarkan beberapa saran penyelesaian. Selamat membaca. []