Batik bukan hanya selembar kain yang dapat memenuhi kebutuhan sandang saja. Selembar kain batik menjadi media memori kolektif yang ada dalam sebuah masyarakat. Kehidupan sosial masyarakat di negara Indonesia pada era kolonialisme Belanda yang berlangsung selama 350 tahun merupakan waktu yang panjang dan telah meninggalkan memori positif sekaligus memori negatif. Memori kolektif tersebut ternyata menjadi sebuah inspirasi dalam penciptaan motif batik yang memuat unsur politik dan juga ekonomi. Memori kolektif yang dibahas dalam buku ini dibatasi dalam ruang lingkup peristiwa heroik yang terjadi di masyarakat Indonesia yang dipengaruhi oleh era kolonialisme. Keberadaan media online yang diperkuat dengan mitos yang terkandung dalam kain batik tersebut telah berhasil menaturalisasi sejarah. Di sisi lain, penyebaran mitos melalui media online terpercaya terbukti dapat meningkatkan citra batik dan mendukung dan keberlanjutan dari para pengrajin batik setempat. Ingatan bukanlah sejarah, yang juga penting diingat, bahwa ingatan tidak netral. Selalu ada kepentingan di balik proses mengingat. Ingatan juga tidak hanya tentang masa lalu. Ingatan membentang di dalam tiga unsur waktu, yakni masa lalu, masa kini, dan masa depan. Buku ini ingin mengangkat tema tersebut, dan membedahnya untuk memperkaya wawasan pengetahuan kita tentang batik di Indonesia. Ada unsur politik di dalam kelindan ingatan kolektif tersebut. Ada pula unsur ekonomi yang memainkan peranan. Kebenaran memang kerap sulit ditemukan. Namun, ingatan tak selalu terhubung dengan kebenaran, tetapi dengan tafsiran yang bertaut erat dengan emosi, kepentingan serta harapan akan masa depan.
Book Details
- Country: US
- Published: 2024-12-27
- Publisher: Syiah Kuala University Press
- Language: id
- Pages: 154
- Available Formats:
- Reading Modes: