"Siapakah yang akan menjual dirinya?"
Begitulah seruan Rasulullah sewaktu
Perang Uhud, kala pasukan Muslimin kocar kacir karena serangan sporadis dari orang-orang kafir.
Maka beberapa orang kembali ke dekat Rasulullah,
bertempur menghadapi musuh, menghadang serangan lawan,
melindungi beliau dengan senjata dan badan. Akibatnya, belasan
luka menganga karena hunjaman anak panah dan tebasan pedang, seperti yang dialami Sa'd bin Ar-Rabi' dan shahabat lainnya. Dia lupa keadaan dirinya, karena aroma darah yang memerah adalah semerbak kesturi surgawi. Dia jual dirinya demi membela Islam dan melindungi Rasul Allah. Lalu siapa pembelinya? Tak lain adalah Allah.
Adakah jual-beli yang lebih menguntungkan dari gambaran
seperti ini? Begitulah sepak-terjang orang-orang yang mendapat
kabar gembira sebagai penghuni surga, yang setiap saat mereka
siap mengorbankan apa pun yang dimiliki, termasuk pula nyawa.
Mereka berada di surga, yang di dalamnya terdapat segala
kenikmatan yang tak pernah dilihat mata, di dengar telinga dan
tak pernah melintas dalam pikiran siapa pun. Di antara mereka
ada yang terbang di surga, ke mana pun yang disukainya dengan
kedua sayap, sebagai balasan setimpal karena kedua tangannya
yang putus tertebas pedang musuh di medan jihad.
Mereka mendapat kabar gembira sebagai penghuni surga bukan
tanpa perjuangan dan pengorbanan. Mereka bukan orang-orang
yang hidup senang dengan segala kenikmatan duniawi, ketenaran
dan kedudukan. Mereka sadar bahwa kenikmatan yang hakiki
hanya ada di akhirat, di surga Allah.
Setiap jengkal kehidupan mereka sarat dengan keteladanan
yang patut ditiru oleh setiap orang Muslim yang memiliki hasrat
ukhrawi. Dan di buku ini pembaca akan mendapatkan sinar dari
pelita yang mereka nyalakan, yang tak kan padam hingga akhir
zaman.