Sejarah dan Perkembangan Industri Minyak Sawit Industri minyak sawit Indonesia memiliki sejarah panjang yang diawali pada tahun 1848 seorang ilmuwan bernama Dr. D.T. Pryce membawa empat benih Elaeis Guinensis ke Indonesia. Benih kelapa sawit tersebut diperuntukkan sebagai tanaman koleksi di Botanical Garden Bogor. Buah dari tanaman kelapa sawit di Kebun Raya Bogor tersebut kemudian disebarkan sebagai ornamental atau tanaman hias ke berbagai pulau Indonesia, di antaranya pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan pulau Maluku. Hal inilah yang menjadi awal sejarah dari tumbuh dan menyebarnya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada 170 tahun yang lalu.
Baru 63 tahun kemudian, pembudidayaan kelapa sawit dilakukan secara komersial pertama kali oleh Adrien Hallet, seorang Belgia dan K. Schadt seorang Jerman. Kedua orang tersebut mengembangkan perkebunan kelapa sawit di Pulau Raja Asahan (Sumtara Utara) dan Sungai Liput (Aceh) pada tahun 1911. Baru kemudian pada tahun 1918 dibangunlah pabrik kelapa sawit pertama di Sungai Liput (Saragih, 2015; PASPI, 2016). Sementara itu ekspor CPO perdana baru dilakukan pada tahun 1919 dan ekspor minyak inti sawit (PKO) dimulai pada tahun 1923. Kemudian perkebunan dan pabrik kelapa sawit terus berkembang bahkan perkembangan tersebut menyebabkan Hindia Belanda menjadi pengekspor minyak sawit terbesar di dunia pada awal abad ke-20 sebelum Indonesia merdeka (Ishak, Kinseng, Sunito, & Damanhuri, 2017).