Tradisi adat memiliki posisi yang sangat penting dalam
kehidupan masyarakat di sejumlah wilayah sebagai wahana untuk
mengatasi tantangan hidup dan sekaligus meningkatkan kualitas
hidup masyarakat penduduknya, baik secara personal maupun secara
komunal. Berkenaan dengan itu pelestarian tradisi adat yang memiliki
nilai-nilai penting bagi kehidupan masyarakat masih bisa ditemukan
dan sekaligus masih dipraktikkan dalam kehidupan komunitasnya
dengan sejumlah adaptasi sebagai penyesuaian dengan dinamika dan
perkembangan peradaban yang terjadi di lingkungannya. Fenomena
tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan adat yang diaktualisasikan oleh
masyarakat dayan gunung, khususnya di wilayah Desa Selelos,
Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara. Ada dua tradisi adat
yang masih dilestarikan keberadaannya oleh masyarakat dayan gunung,
yaitu tradisi memarek yang dilaksanakan di Bebekek dan tradisi ngaji
selawat selamet gumi yang dilaksanakan di Berangkak Desa Selelos.
Kedua tradisi adat yang dilaksanakan oleh masyarakat dayan
gunung tersebut memiliki keutamaan berupa keterlibatan masyarakat
lintas etnis dan multiagama. Para partisipan yang ikut aktif dalam
tradisi adat memarek, yakni Sasak-Islam, Bali-Hindu, dan SasakBuddha
yang
secara
bersama-sama
melaksanakan
ritual
sesuai
dengan
tata
cara masing-masing kelompok pemeluk agama. Analog dengan
itu, dalam pelaksanaan tradisi adat ngaji selawat selamet gumi yang
dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali juga ada peran serta yang
berasal dari masyarakat, khususnya Sasak-Islam dan Bali-Hindu. Para
partisipan dalam kedua tradisi adat tersebut dalam dimensi vertikal
menyandarkan keyakinan kehadapan kekuatan gaib yang diyakini
berada pada lokasi ritual memberikan pengaruh terhadap kehidupan
mereka sehingga pelaksanaan tradisi adat tersebut sangat khusuk.
Dimensi horizontal dalam pelaksanaan tradisi adat tersebut
bertendensi membangun dan menguatkan hubungan-hubungan
sosial di kalangan para pesertanya. Berkenaan dengan itu, hubunganhubungan
sosial tersebut sebagai energi sosial yang berdisposisi
membangun kesadaran multikultural yang akumulasinya berada pada
terbangunnya harmoni sosial. Hubungan-hubungan sosial dalam
konteks ini mengimplikasikan maturitas sikap dan tindakan moderasi beragama di tengah pluralitas kehidupan sosial. Peristiwa tersebut
bersinergi dengan target yang dicanangkan oleh pemerintah melalui
Kementerian Agama Republik Indonesia berupa moderasi beragama
yang menjadi landasan dalam mewujudkan kerukunan hidup.