MATURITAS TINDAKAN MODERASI BERAGAMA DALAM TRADISI ADAT MASYARAKAT DAYAN GUNUNG

By I Wayan Ardhi Wirawan

MATURITAS TINDAKAN MODERASI BERAGAMA DALAM TRADISI ADAT MASYARAKAT DAYAN GUNUNG
Preview available


Tradisi adat memiliki posisi yang sangat penting dalam 

kehidupan masyarakat di sejumlah wilayah sebagai wahana untuk

mengatasi tantangan hidup dan sekaligus meningkatkan kualitas

hidup masyarakat penduduknya, baik secara personal maupun secara

komunal. Berkenaan dengan itu pelestarian tradisi adat yang memiliki

nilai-nilai penting bagi kehidupan masyarakat masih bisa ditemukan

dan sekaligus masih dipraktikkan dalam kehidupan komunitasnya

dengan sejumlah adaptasi sebagai penyesuaian dengan dinamika dan

perkembangan peradaban yang terjadi di lingkungannya. Fenomena

tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan adat yang diaktualisasikan oleh

masyarakat dayan gunung, khususnya di wilayah Desa Selelos,

Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara. Ada dua tradisi adat

yang masih dilestarikan keberadaannya oleh masyarakat dayan gunung,

yaitu tradisi memarek yang dilaksanakan di Bebekek dan tradisi ngaji

selawat selamet gumi yang dilaksanakan di Berangkak Desa Selelos.  

Kedua tradisi adat yang dilaksanakan oleh masyarakat dayan

gunung tersebut memiliki keutamaan berupa keterlibatan masyarakat

lintas etnis dan multiagama. Para partisipan yang ikut aktif dalam

tradisi adat memarek, yakni Sasak-Islam, Bali-Hindu, dan SasakBuddha

yang

secara

bersama-sama

melaksanakan

ritual

sesuai

dengan


tata


cara masing-masing kelompok pemeluk agama. Analog dengan

itu, dalam pelaksanaan tradisi adat ngaji selawat selamet gumi yang

dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali juga ada peran serta yang

berasal dari masyarakat, khususnya Sasak-Islam dan Bali-Hindu. Para

partisipan dalam kedua tradisi adat tersebut dalam dimensi vertikal

menyandarkan keyakinan kehadapan kekuatan gaib yang diyakini

berada pada lokasi ritual memberikan pengaruh terhadap kehidupan

mereka sehingga pelaksanaan tradisi adat tersebut sangat khusuk. 

Dimensi horizontal dalam pelaksanaan tradisi adat tersebut

bertendensi membangun dan menguatkan hubungan-hubungan

sosial di kalangan para pesertanya. Berkenaan dengan itu, hubunganhubungan


sosial tersebut sebagai energi sosial yang berdisposisi

membangun kesadaran multikultural yang akumulasinya berada pada

terbangunnya harmoni sosial. Hubungan-hubungan sosial dalam

konteks ini mengimplikasikan maturitas sikap dan tindakan moderasi beragama di tengah pluralitas kehidupan sosial. Peristiwa tersebut

bersinergi dengan target yang dicanangkan oleh pemerintah melalui

Kementerian Agama Republik Indonesia berupa moderasi beragama

yang menjadi landasan dalam mewujudkan kerukunan hidup. 


Book Details