SAGU NUSANTARA

By Arifin Muhammad Ade

SAGU NUSANTARA
Preview available

pembahasan buku ini terbagi dalam tiga bagian, yakni: mengulas potensi sebagai sumber pangan, sagu sebagai simbol identitas dan budaya, serta keberadaan sagu sebagai pahlawan iklim. Khususnya dalam bagian satu tentang sagu sebagai sumber pangan alternatif, dipaparkan bagaimana sagu dapat menjadi solusi bagi ancaman kelangkaan pangan. Keberadaan sagu yang selama ini diidentikkan sebagai makanan pokok masyarakat Maluku dan Papua. Ternyata pada awalnya sagu juga dikonsumsi oleh sebagian masyarakat lainnya di seluruh Nusantara, seperti masyarakat Tolaki di Sulawasi Tenggara, masyarakat Kepulauan Meranti di provinsi Riau, masyarakat Mentawai dan sebagian masyarakat Kalimantan. Hal ini semakin menegaskan bahwa di tengah ancaman krisis pangan, kembali ke keberagaman pangan lokal terutama sagu bukanlah suatu hal yang sulit. Karena, jejak sejarah perjalanan sagu hingga saat ini menggambarkan betapa penting keberadaan sagu dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan masyarakat di Nusantara.

Bagian kedua buku ini mengulas potensi sagu yang menjelma sebagai simbol identitas dan budaya suatukomunitas masyarakat. Misalnya, upacara keyangeyu bagi orang Kanum di Merauke yang menjadikan sagu sebagai media dalam menjalankan ritual adat. Sagu sebagai sumber informasi budaya yang diwariskan secara turun-temurun di Merauke. Sagu sebagai harta kekayaan dan dijadikan sebagai mas kawin bagi masyarakat Tolaki di Sulawesi Tenggara. Masyarakat Maluku menjadikan sagu sebagai simbol persaudaraan, hingga masyarakat Mentawai yang menjadikan sagu sebagai media bagi mereka menjalankan kepercayaan animisme (Arat Sabulungan). Hal ini menandakan bahwa sagu memiliki peran penting dalam kebudayaan suatu komunitas masyarakat.

Selanjutnya, keberadaan pohon sagu juga memiliki peran penting dari segi ekologis sebagaimana menjadi pembahasan dalam bagian ketiga buku ini. Pohon sagu selain sebagai sumber pangan potensial, spesies yang berasal dari famili palmae ini juga berperan dalam me-minimalisasi dampak perubahan iklim (climate change). Pembudidayaan yang baik di lahan gambut dapat melindungi ekosistem lahan gambut dari kekeringan dan bencana kebakaran setiap memasuki musim kemarau. Bahkan, potensi pohon sagu yang melimpah di Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar nabati (biofuel) menggantikan bahan bakar berbasis fosil yang tidak ramah lingkungan. Dengan demikian, di tengah ancaman perubahan iklim yang menguat dan mencuat ke permukaan, pohon sagu dapat hadir bak pahlawan dari bencana yang tak berkesudahan itu.

Book Details